Languishing: Aku (Tidak) Apa-Apa
Languishing merupakan istilah ditujukan kepada orang yang kurang atau tanpa memiliki tujuan dan kebahagiaan dalam hidup. Kamu yang sebelumnya bahagia berubah menjadi bersikap tidak peduli, cemas, atau berkurangnya minat terhadap banyak hal. Languishing sendiri melibatkan perasaan tertekan karena hidup monoton dan hampa. Istilah ini semakin populer seiring dengan kemunculan pandemi.
The New York Times mengatakan bahwa languishing bukan suatu kelelahan. Seseorang yang mengalami hal tersebut sebenarnya masih memiliki energi untuk tetap menjalani hidup. Ia juga bukan salah satu ciri depresi. Ia adalah rasa stagnasi, kekosongan, dan tidak adanya kesejahteraan. Gejalanya tidak seperti gangguan mental, namun kesehatan mentalmu juga tidak sedang berada dalam kondisi baik-baik saja. Ia mampu mengurangi motivasimu, mengganggu fokusmu, dan mengurangi produktivitas pekerjaanmu. Bahayanya adalah bahwa tanpa sadar kamu merasa kurang bahagia atau semangat dan perlahan mendekati jurang kehampaan. Saat merasakan hal demikian, kamu malah membiarkan perasaan itu dan menjadi tidak peduli akan keadaanmu. Bagaimanapun juga, languishing adalah hal umum dan dapat terjadi pada siapa saja. Misal kamu jalan-jalan ke suatu tempat untuk menyegarkan pikiran serta tubuh dan akhirnya berubah menjadi kekecewaan. Atau saat teman dekatmu menanyakan kabar, alih-alih menceritakan kondisi sebenarnya, kamu justru menjawab “ya gitu-gitu aja”, “biasa”, “gak gimana-gimana”, atau “gak apa-apa”.
Selain itu, languishing juga mempengaruhi beberapa kegiatan lainnya. Kamu bisa menjadi tidak tertarik melakukan kegiatan fisik, seperti olahraga. Olahraga yang biasanya adalah pompa penyemangatmu bisa berubah menjadi kegiatan membosankan. Kegiatan lainnya yakni membuat perencanaan. Perencanaan bermaksud untuk menata sesuatu menjadi lebih terorganisir. Kamu adalah orang yang selalu merencanakan sesuatu hingga mencapai titik stagnan dan hilang sudah minat mengerjakannya. Intinya, ada perubahan dari kebiasaan di keseharian kamu.
Languishing menjadi populer di era pandemi disebabkan banyaknya perubahan kebiasaan sehari-hari masyarakat. Kamu pun turut ikut di dalamnya. Salah satunya yakni aktivitas di luar rumah. Setelah pandemi muncul, kamu harus mengikuti aturan Work From Home serta mengurangi aktivitas di luar demi meminimalisir jatuhnya korban. Karena terlalu sering berada di rumah, interaksi sosial pun ikut menurun. Meskipun Google Meet atau Zoom mampu menyambung kembali interaksi antar manusia melalui dunia maya, tetapi pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi nyata dengan sesamanya. Bekerja atau sekolah secara daring juga akan menemui titik jenuhnya pada suatu waktu tertentu. Beberapa kegiatan di atas membuat kesehatan mental terganggu. Padahal kesehatan mental terdiri atas emosi positif, interaksi dengan masyarakat, hubungan positif, kepuasan hidup, dan kebermaknaan hidup. Bila ada beberapa bagian tidak terpenuhi, maka seseorang mungkin akan mengalami languishing.
Lalu bagaimana cara untuk menangani languishing? Luangkan waktu hanya untuk dirimu sendiri. Kamu bisa mengerjakan sesuatu hingga hanyut didalamnya, seperti menonton film atau journaling. Nikmatilah apa yang kamu lakukan. Terkadang, kamu terlalu fokus melakukan sesuatu untuk bahagia, bukan menikmatinya. Bahagia tidak bisa dipaksa, tetapi selama kamu menikmatinya maka kamu turut bahagia. Lalu, kamu bisa membuat list sederhana berisi goals kecil yang bermakna. Kegiatan ini bertujuan untuk memancing semangatmu sebelum languishing hadir menimpamu. Lakukanlah kontak sosial dengan orang-orang sekitar, seperti teman akrab, tukang sayur dekat rumah, atau tukang bakso keliling. Hal ini dilakukan agar kamu tidak kaku berbicara setelah sekian lama berada di dalam rumah.
Languishing memang terjadi dan akan selalu ada. Banyak orang mengalami perasaan demikian. Hal ini sangat mungkin terjadi juga pada dirimu. Mulailah peduli dan peka terhadap kondisimu. Apabila merasa hampa, lakukanlah sesuatu.
Rafarda Septiardhya.