FOMO: Takut Ketinggalan Tren yang Berlebihan

Lavanya Podcast
3 min readJun 17, 2021

Akhir-akhir ini banyak tren baru bermunculan. Adapun tren yang masih hangat hingga saat ini yakni BTS Meal. Orang rela antre demi membeli paket makanan tersebut. Alasannya pun beragam, seperti sekadar mencoba menu makanan terbaru sebagai bentuk loyalitas fans terhadap artis pujaan, hingga dibuat sebagai konten di sosial media. Karena ramai dibicarakan, orang-orang pun kepo. Tidak menutup kemungkinan kalau ada yang ingin membeli makanan itu karena takut dicap kudet, gak keren, atau ketinggalan zaman. Hal ini termasuk ke dalam FOMO.

Photo by Gian Cescon on Unsplash

Pada umumnya, FOMO atau Fear of Missing Out digunakan bagi seseorang yang merasa selalu takut akan ketinggalan perkembangan informasi. FOMO juga merupakan sebutan yang ditujukan kepada anak muda yang memiliki rasa khawatir atau takut secara berlebihan akan ketinggalan tren. Istilah ini pertama kali disebut oleh seorang ilmuwan bernama Dr. Andrew K. Przybylski pada tahun 2013. Kini, FOMO menjadi ladang baru bagi dunia marketing dan keresahan bagi dunia psikologi. Marketing memanfaatkan FOMO dengan menciptakan produk yang berkemungkinan tinggi laku atau sangat laku di pasaran. Salah satu contohnya yakni kolaborasi BTS dan McDonald’s yang memunculkan suatu menu baru bernama BTS Meal yang sedang hype sekarang. Di satu sisi, dunia psikologi menganggap FOMO sudah termasuk ke dalam gangguan kesehatan mental dan menyebar begitu cepat di kalangan generasi Milenial dan Z.

Ada beberapa tanda apabila seseorang mengalami FOMO, yakni sebagai berikut.

  • Mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Kita hidup di dunia yang penuh dengan kecemasan dan ketakutan yang bisa ditemui kapan saja dan dimana saja. Dengan perkembangannya era teknologi, sosial media pun juga turut berkembang. Sosial media menjadi jembatan utama akan penyebaran tren di seluruh dunia. Mengikuti tren justru melelahkan fisik dan mental. Kamu bisa kurang konsentrasi, insomnia, hingga overthinking. Ini dikarenakan tren terus terjadi dan berubah. Selalu saja ada hal baru yang bisa dijadikan sebagai sebuah tren.
  • Mempengaruhi hubungan sosial. Hal ini dikarenakan tidak ada batasan di dunia sosial media. Sosial media membuatmu mengonsumsi beragam hal. Tidak jarang ditemukan perilaku tertentu di sosial media yang tidak sesuai dengan adab dan norma sosial yang dianut oleh masyarakat. Sayangnya, banyak orang mencontoh apa yang telah disaksikan. Beberapa contoh perilakunya yakni mengucapkan kata-kata kasar, memberikan komentar dengan perilaku atau ucapan tidak santun, dan berperilaku diluar adab dan norma sosial. Perilaku-perilaku seperti itu hanya akan menyakiti seseorang dan membuat seseorang dijauhi oleh sekitarnya.
  • Mengalami gangguan finansial. FOMO merupakan salah satu penyebab utama akan perilaku konsumtif seseorang. Ini disebabkan dirinya membeli barang tidak penting yang belum tentu digunakan. Banyak pelaku FOMO membeli suatu barang semata demi mendapat pengakuan. Misalnya temanmu membeli tas asal Prancis, maka kamu juga ingin membelinya. Dikarenakan saat ini sedang tren naik sepeda, maka kamu ingin membeli sepeda. Murah atau mahal, mau tidak mau kamu tetap harus mengeluarkan uang demi mencukupi pengakuanmu.
  • Sulit melepaskan alat elektronik. Ini disebabkan seseorang yang selalu mengecek atau memposting sesuatu di sosial media. Misal kamu merasa memiliki semacam urgensi untuk mengecek sosial media setiap beberapa menit sekali. Belum lagi apabila aplikasi yang dimiliki lebih dari dua macam. Bila beraktifitas sendiri atau bersama teman, kamu merasa tanganmu gatal ingin memposting sesuatu yang berkaitan dengan kegiatanmu saat itu. Kamu bahkan bisa merasa khawatir bila temanmu memposting kegiatan bersamamu, namun tidak mencantumkan dirimu didalamnya. Apakah kamu mengalaminya?

Era digital memang tidak bisa dibendung. Kamu tidak bisa membatasi atau mengelak penggunaan sosial media mengingat seluruh pekerjaanmu sering bergantung padanya. Alih-alih dikontrol, mulailah mengontrol diri dalam penggunaannya.

Rafarda Septiardhya

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Lavanya Podcast
Lavanya Podcast

Written by Lavanya Podcast

Started from a podcast and expanding to written sharing platform. Always believe in people power and our slogan “Love, Respect, Believe”.

No responses yet

Write a response