You are being Ghosted!

Lavanya Podcast
3 min readFeb 6, 2021

--

“Sorry, I think it should be better for me to go.

I am scared, and you’re too good to be true.”

Photo by Andy Art on Unsplash

Terhitung sudah dua hari sejak terakhir diriku menanyai kabarnya, tetapi tidak satupun pertanyaanku terbalas. Rasa rindu yang semakin membuncah membuat malamku suram walau bintang-bintang itu terabadikan. Centang dua tanpa warna biru membuatku penasaran, where did I go wrong? Namun, kecewa kutemukan di ujung rasa penasaran itu. Postingan terakhirnya, yang sebenarnya bisa ditujukan kepada siapa saja, lebih terasa personal karena I feel like I am the one for her, for her good and bad days.

Dalam waktu yang singkat, dirimu mematahkan segala angan-angan yang penuh akan ekspektasi tinggi padamu. Keseriusan yang kamu inginkan berubah menjadi candaan bagiku. Keinginanmu untuk bertemu lagi, bertukar cerita seru, dan melepas penat dari bisingnya kehidupan akan tertinggal menjadi janji palsumu. Dengan sekali kedipan mata, kamu membuatku berpikir, “am I being an option?

Cerita di atas adalah satu dari banyaknya kisah per-ghosting-an duniawi, yup! Ditinggal pas sayang-sayangnya. Berharap akan ekspektasi yang ingin tercapai bersamanya, malah harapanmu harus dibuat pupus tanpa kata sopan. Melewati hal-hal penolakan dan rasa sakitnya patah hati karena harus putus cinta saja sudah menjadikan beban bertambah, bagaimana rasanya jika menjadi korban ghosting? It will be one of your most traumatic events in your life. Tak ada manusia satupun di bumi ini yang ingin diperlakukan seperti itu. Kesempatan untuk lebih serius dalam relationship akan sirna ketika dia membawa kabur semua harapan dan rasa percaya diri si pemilik ekspektasi secara tiba-tiba. Harus ya pergi tanpa pamit? However, ini adalah salah satu cara bagaimana alam menyadarkanmu untuk tidak mengharapkan hal yang tinggi kepada seseorang, apalagi dengan seseorang yang baru kamu temui dalam waktu singkat.

Lalu, apa dampak yang dirasakan setelah kejadian kaya gini terjadi? Banyak!

Hal yang akan paling sering terjadi adalah mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan yang harusnya sih membutuhkan jawaban. Misalnya: “Loh, salahku apa?” “Dia kenapa?” “Apa mungkin dia nemu yang baru?” Pertanyaan macam ini yang akan selalu menghantui, sering kali kalian menyalahkan diri sendiri tanpa sebenarnya tahu dimana letak salahnya. Kamu juga akan menemui dirimu sendiri berada di titik rasa kesepian yang hadir setiap saat. Rasa tersebut terasa tak berujung setelah ditinggalkan olehnya. Penyesalan akan datang menghampiri ketika kalian sudah merasa terpojok dengan seluruh pertanyaan yang tidak terjawab, menyesal kenapa harus dia yang hadir, kenapa harus kamu yang ditinggalkan. Tega. Intinya, psikologis seseorang sering tidak siap untuk hal yang mendadak itu.

Photo by Mateus Campos Felipe on Unsplash

And… how to cope with it?

Semuanya akan balik ke kalian sendiri. How are you going to handle all of these pains. Apakah dia pantas mendapatkan banyak kesempatan datang dan pergi dari hatimu yang pintunya masih terbuka lebar? Harus berapa kali kamu mau diperlakukan seperti itu? Yakin bisa tahan saat kamu dijadikan opsi saja buat dirinya? Padahal hatimu bukan dijadikan untuk pilihan, dan seharusnya bukan itu tujuanmu untuk menjalani sebuah relationship. Kamu terpaksa harus menerima keadaan itu. Siapa tahu hidup tanpa dirinya akan lebih indah. Terlebih lagi, kamu tidak bisa memaksakan pikiran obsesifmu terhadap dirinya. Memang dia sudah resmi jadi milikmu? Tidak.

Hal kedua adalah gimana kamu melalui proses self-acceptance karena banyak prasangka yang terbuat dari pikiranmu yang menyalahkan salah satu dari sikap atau fisikmu yang berakibat kepada alasan dia meninggalkanmu. Lakukan cukup refleksi dan evaluasi terhadap dirimu, bukan tentang bagaimana buruknya dirimu dari relationship sebelumnya tetapi lebih ke gimana kamu harus dealing dengan orang-orang yang seharusnya gak datang dan pergi seenaknya. Dan jangan self-blaming karena ketika dia meninggalkanmu, bukan berarti itu salahmu semua.

Ditinggalkan adalah proses kamu mendewasakan diri lewat hal yang pahit. Kamu akan merasa bagaimana sebagian dari dunia ini tidak memihakmu dalam sesaat. Hatimu yang harus dijaga, jangan biarkan rapuh sebelum saatnya. Berekspektasi itu memiliki kadar, apapun yang berlebihan itu tidak baik. Set your boundaries, you already gave all of your precious time to someone untrustworthy. This is a kindly reminder that you deserve to be a priority not an option.

Penulis: fml.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

Lavanya Podcast
Lavanya Podcast

Written by Lavanya Podcast

Started from a podcast and expanding to written sharing platform. Always believe in people power and our slogan “Love, Respect, Believe”.

No responses yet

Write a response