The Five Stages of Grief: Rise and Fall
Dalam keadaan apapun, bergelut dengan kesedihan saat kehilangan seseorang yang kamu cintai pasti akan terasa sulit. Kamu akan merasakan betapa pedihnya luka saat ditinggalkan dan duniamu mulai runtuh secara perlahan. Menangis sembari meratapi kepergian orang terkasih menjadi salah satu sign yang terlihat nyata bahwa dirimu sedang dalam keadaan terpuruk.
Dengan banyaknya musibah yang terjadi dalam satu tahun belakangan ini, terutama massive-nya angka penyebaran Corona virus yang masih menjadi momok bagi kebanyakan orang, ada berbagai macam pertanyaan terkait dengan kesedihan yang terlontar, salah satunya bagaimana seseorang bisa benar-benar berduka saat ditinggalkan orang terkasih saat dirinya sendiri tidak diizinkan untuk berada di sisi mereka?
Okay, here’s the thing called grieving. Berduka. Sebuah kata yang pasti banyak orang ingin selalu menghindarinya. Perasaan yang sangat universal, dimana setiap orang akan menemui sebuah pertemuan dengan kesedihan. Setiap orang akan berduka dengan cara dan bentuk yang berbeda, namun ada persamaan yang akan ditemui dalam tahapannya. Berikut tahapan berduka dan bagaimana cara keluar dari kondisi tersebut.
Pada tahun 1969, seorang psychiatrist berdarah Swiss-Amerika, Elisabeth Kübler-Ross menulis sebuah buku berjudul “On Death and Dying”. Dalam bukunya, wanita kelahiran 8 Juli 1926 itu menuliskan bahwa duka bisa dibagi menjadi 5 tahap. Ia mendapatkan hasil tersebut setelah melakukan observasi terhadap terminally ill individuals.
- Denial. Stage pertama ini bisa dikatakan hal yang normal dilalui oleh seseorang yang sedang berduka. Kamu akan terus selalu menyangkal bahwa kejadian pahit yang menimpamu adalah sebuah mimpi semata. Namun, fase ini akan memberikan sedikit bantuan untuk dirimu mengurangi rasa sakit akan situasi yang sedang dihadapi.
- Anger. Kemarahan adalah sebuah efek penyamaran dari fase penyangkalan. Dalam tahap ini, dirimu akan menyimpan berbagai macam emosi dan rasa sakit. Kamu akan mulai untuk menyalahkan orang lain, bahkan rasa emosionalmu bisa mengarah ke benda mati. Even your brain knows the object of your anger isn’t to blame.
- Bargaining. Tahap ketiga yang digagas oleh Kübler-Ross adalah menawar. Fase dimana akan banyak pernyataan “seandainya…”, “andai saja…” muncul. Tidak sedikit orang yang melakukan tawar-menawar kepada Tuhan, dengan harapan untuk selalu diberikan kekuatan dalam mengurangi rasa sedih, kebingungan, dan sakit hati.
- Depression. Tahap ini sering disebut sebagai titik awal dari sebuah kerugian yang tak bisa dihindari. Seseorang di tahap depresi bisa saja mengisolasi diri dari dunia luar. Hal tersebut dilakukan dengan pikiran agar dapat mengatasi rasa kehilangan yang terjadi.
- Acceptance. Apakah tahap ini akan berujung dengan kebahagiaanmu setelah melalui 4 tahapan yang lain? Jawabannya tidak. Di tahap ini kamu sudah mulai untuk menerima dan memahami apa yang telah terjadi, bukan berarti dirimu sudah melewati fase kehilangan atau kesedihan.
Dari 5 tahapan berduka di atas, ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk segera pulih kembali ke situasi seperti sedia kala. Yang pertama dan yang terpenting adalah segeralah untuk menyadari dan menerima fakta bahwa berduka adalah suatu proses yang sedang kamu lalui. Kamu juga bisa untuk sedikit demi sedikit meluangkan waktumu untuk ngobrol dan menghabiskan waktu dengan orang terdekat yang selalu memberikan support. Selanjutnya, kamu bisa Kembali menghabiskan waktumu untuk melakukan hal-hal yang kamu sukai, and don’t forget to take care of yourself, too.
Berduka adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Bagaimanapun, rasa itu akan datang menghantuimu. The key of it all is to accept what you’ve been going through. Jika dirimu merasa terlalu dalam jatuh dalam kesedihan, percayalah akan selalu ada tangan yang membantu. Ceritakan dan lepaskan yang seharusnya dilepaskan.
fml.