Si Penyemangat yang Beracun
“Eh, move on aja!
Kamu pasti bisa melewati semua ini, kok!
Semangat, ya!”
Kalimat di atas adalah salah satu kalimat yang membangun ketika dibaca, bukan? Seperti ada angin segar yang lewat di antara banyaknya masalah yang terjadi padamu. Tapi, hati-hati, ya! Mungkin saja kalimat itu adalah sebuah ungkapan toxic positivity yang terus menerus kamu terima ketika menghadapi problema kehidupan hingga percintaan. Bahkan, kamu berpotensi melontarkan kalimat-kalimat yang sama ketika temanmu dalam kondisi down, lho!
Seorang psikolog klinis, Dr. Jaime Zuckerman, menjelaskan bahwa toxic positivity adalah sebuah keadaan dimana orang-orang berasumsi bahwa dalam keadaan apapun jika seseorang memiliki kondisi yang sulit dan menderita secara emosional, mereka harus memiliki pola pikir yang positif, atau sering disebut dengan istilah keren ‘positive vibes only’.
Bagaimana bisa seseorang mengetahui bahwa dia menerima toxic positivity untuk menghadapi masalahnya? Hal tersebut bisa dirasakan setelah menceritakan masalah yang sedang dihadapi. Kamu akan menjadi makin lemah dalam belenggu kesedihan dan ngedown, padahal temanmu sudah memberikan advice yang sekiranya kamu butuhkan. Dan itu justru hanya menjadi racun tambahan ke dalam lingkaran masalahmu.
Kata-kata penyemangat yang dilontarkan dalam toxic positivity ini, akan menjadi agresi ke perasaan negatif yang kamu miliki. Perasaan negatif yang seharusnya valid dan bisa dijadikan untuk sebuah jalan pendewasaan dan pembelajaran, malah akan membuatmu trapped dalam situasi semu hasil dari kepositifan yang beracun. Dimana kita harus berlaku “pretending”, seperti tersenyum, terlihat bahagia, melontarkan kata-kata positif, ketika semuanya dalam keadaan tidak baik-baik saja. Kondisi itu juga tidak bisa menyelesaikan masalahmu. Serasa memakai topeng, ya?
Untuk hal itu, ketika dirimu merasa marah, sedih, menyesal, kamu hanya perlu untuk memvalidasi emosi-emosi yang kamu rasakan. Dengan begitu, kamu akan lebih cepat tenang dan pulih dari masalah yang dihadapi. Lalu, jangan jadikan negative feelings-mu menjadi sebuah kekurangan. Pada dasarnya manusia tidak ada yang sempurna, kan? Kamu juga harus menyadari bahwa kehidupan di dunia ini tidak selamanya bahagia, ada kalanya kesedihan dan masalah datang melanda. Maka dari itu, pikiran dan perasaan negatif yang kamu miliki bukanlan sebuah momok yang menakutkan.
Janganlah terlalu gampang untuk mengategorikan sebuah perasaan. Ada kalanya perasaan positif adalah sesuatu yang buruk, dan perasaan negatif adalah sesuatu yang baik. Untuk menghadapi seseorang yang bercerita tentang permasalahan hidupnya, kamu harus siap untuk menjadi pendengar yang baik dan memvalidasi perasaan yang attached pada orang tersebut. Biarkan mereka grow up dengan negative feelings yang tumbuh pada dirinya.
fml