Perempuan: International Women’s Day dan Isu — Isunya
Perempuan. Ya, pe-rem-pu-an. Diartikan sebagai sebuah kata benda untuk seorang manusia yang memiliki vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui. Berat. Definisi yang menjelaskan betapa beratnya kehidupan yang dimiliki seorang perempuan. Banyak tahapan yang harus mereka lewati, dari fase yang menyenangkan hingga fase yang membuat hatinya bersedih. Dalam rangka memperingati International Women’s Day, akan ada berita yang mengingatkan kita terhadap banyaknya kekerasan dan diskriminasi terhadap kaum perempuan Indonesia. Lalu, isu apa saja yang seharusnya menjadi concern bagi banyak orang, tak terkecuali pemerintah?
Peringatan International Women’s Day (IWD) biasanya identik oleh campaign yang diusung oleh banyak organisasi dan lembaga dengan kasus dan isu women empowerment. Gerakan yang sering digaungkan banyak aktivis perempuan dari berbagai jenis kalangan, mulai dari orang biasa hingga pesohor negeri.
I asked a few people about the raising issue related to women. Hasilnya, baik perempuan maupun laki-laki menjawab tingginya kasus sexual harassment. Kasus krusial yang dari dulu sampai sekarang masih terus terulang. Banyak perempuan dijadikan korban. Tak sedikit juga perempuan yang disalahkan.
Pada awal dimulainya peringatan IWD di tahun 1900-an, tuntutan yang diusung juga tidak jauh berbeda dengan isu-isu yang berkembang saat ini. Women’s March 2017 yang dilangsungkan di Jakarta misalnya, gerakan ini memberikan 8 tuntutan kepada pemerintah. Mulai dari menghapus kekerasan terhadap perempuan, melindungi lingkungan hidup dan pekerja perempuan, hingga sesuatu yang lebih serius yakni untuk memperhatikan isu global yang berdampak terhadap perempuan. Gerakan yang memiliki tagline Perempuan Gerak Bersatu ini bertujuan mendorong adanya perubahan dalam berbagai sektor agar hak-hak perempuan lebih diakui, dipenuhi, dan dilindungi.
Selain beberapa masalah di atas, perempuan juga banyak dihadapkan dengan permasalahan lain. Salah satunya adalah masih banyaknya penghakiman terhadap sesama perempuan. Dimana seharusnya perempuan mengerti dan memahami perasaan perempuan yang lain, ada saja yang masih melontarkan kalimat dan dukungan kurang enak, terkesan negatif. Contohnya saja saat salah satu temanmu kurang menyukai gaya berpakaianmu atau teknik makeup yang salah, mereka bisa saja meninggalkan komentar negatif akan hal itu.
Yang kedua adalah mengakarnya budaya patriarki di negeri ini yang biasa dianggap wajar dan normal. Budaya patriarki memperlihatkan bagaimana para laki-laki memiliki banyak sekali hak istimewa dalam segala bidang dan sektor kehidupan.
Last but not least, isu standar kecantikan dan idealisme perempuan. Ini adalah salah satu dari sekian banyak isu yang amat sangat merugikan perempuan baik secara fisik dan mental. Meningkatnya isu insecurities bisa saja terjadi karena adanya hal ini, yang mana mereka berpikir “I am not enough”. Tak sedikit juga perempuan yang termakan toxic influence, dan membuat mereka rakus hingga tidak bisa menyaring informasi yang bisa saja merugikan.
To sum up, dengan didukungnya dan menyebarluasnya gerakan pemberdayaan perempuan, hal ini diharapkan bisa membantu mengurangi hingga memberikan perubahan berarti untuk isu-isu yang ramai digaungkan. Jangan biarkan para perempuan menjadi voiceless. Lindungi pergerakannya, berdayakan semangatnya, dan dengarkan aspirasinya.
*fml