One-Sided Friendship: Ketidakseimbangan dalam Suatu Pertemanan
Pertemanan itu indah. Semua bermula ketika kamu berkenalan dengan seseorang. Lambat laun, kalian berdua mulai akrab. Memiliki kesamaan akan sesuatu yang diminati semakin menambah bumbu di tengah-tengah perbincangan kalian. Akhirnya, kamu dan dia saling berhubungan tanpa mengenal jarak dan waktu. Hingga suatu hari, kamu merasa cenderung proaktif. Hampir setiap komunikasi selalu dibuka olehmu. Sedangkan dia membalas seadanya. Komunikasi yang dahulu seimbang kini mulai terganggu. Bila pernah atau sedang mengalaminya, maka hal tersebut dinamakan one-sided friendship.
One-sided friendship terjadi bila seseorang memiliki usaha yang lebih ketimbang orang lain dalam suatu hubungan pertemanan. Hal ini tampak ketika ia lebih berinisiasi dalam memulai sesuatu daripada temannya, entah itu berkomunikasi, mengajak jalan-jalan, atau kegiatan lainnya. Tidak ada pertemanan yang sempurna. Namun, kita perlu sadar saat komunikasi cenderung hanya satu arah, maka hal itu berindikasi one-sided friendship.
One-sided friendship memiliki beberapa tanda lainnya. Pertama, kamu selalu ngechat paling awal. Kamu cenderung memiliki inisiatif untuk membuka suatu perbincangan. Temanmu juga ngechat kamu kok. Itupun kalau kamu duluan yang bergerak. Tapi, perilaku tersebut termasuk situasional. Bisa jadi temanmu benar-benar sibuk hingga tidak sempat membalas pesanmu. Kedua, ia muncul hanya saat butuh. Alih-alih menanyakan kabar atau mengajak hang out, dia menghubungimu karena membutuhkan sesuatu. Pertemanan positif berarti saling membantu satu sama lain. Hal demikian menjadi tidak seimbang bila kamu sering membantu dia, namun dia hampir tidak pernah melakukan hal yang sama padamu. Ketiga, semua hal selalu seputar temanmu. Misal kamu sedang berbicara, lalu temanmu mengambil alih, mulai membahas tentang dirinya. Dia adalah pusat perbincangan hingga tidak ada celah sedikitpun. Kalaupun ada, topik akan disetir sedemikian rupa untuk kembali membicarakannya. Perlu diketahui bahwa tidak seluruh komunikasi bersifat setara. Ada seseorang yang cenderung pendiam daripada yang lain. One-sided friendship bisa diketahui bila ada dua orang memiliki kemampuan sosial sama dan hanya salah satu yang aktif. Keempat, temanmu lebih memilih bersama teman yang lain. Kamu dan temanmu pasti memiliki lingkaran pertemanan sendiri, seperti teman kuliah, organisasi, kantor, dsb. Nah, teryata temanmu lebih suka bermain bersama temannya ketimbang dirimu. Ini sudah memperlihatkan bahwa kamu tidak begitu diprioritaskan. Kelima, intensitas kunjungan yang sangat berbeda. Kalau mau berkunjung atau jalan-jalan, seringnya kamu yang datang ke rumah temanmu atau ke area sekitar tempat tinggalnya. Sedangkan temanmu tidak pernah mengunjungimu. Hal ini akan berbeda jika temanmu terkendala transportasi atau uang. Kalau temanmu mampu berkendara hingga jauh dan enggan ke rumahmu dengan berbagai alasan, bisa jadi kamu sedang berada di fase one-sided friendship.
Ada beragam alasan dibalik kemunculan one-sided friendship. Kamu ingin punya banyak teman. Normal kok jika ingin memperbanyak teman. Tapi, kamu harus tahu siapa saja yang mampu menghargaimu sebagai seorang individu. Ini dikarenakan tidak semua orang yang kamu temui paham dan peduli akan dirimu. Pilihlah orang yang dirasa sesuai untuk lingkaran pertemananmu. Lalu, alasan berikutnya yakni berteman karena butuh. Misal seseorang berteman denganmu karena kepintaranmu. Dia bisa meminta bantuanmu untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Di luar itu, kamu dianggap orang biasa. Kemudian, kamu hanya dianggap kenalan. Seorang teman menganggapmu sebatas seseorang yang ia kenal cukup baik. Di luar itu, tidak ada hubungan mendalam atau akrab antara kamu dan dia. Kemudian, kalian kurang merasakan adanya kesamaan seperti dulu. Banyak hal terjadi dalam hidup. Ada titik tertentu di mana kamu dan temanmu mulai tidak nyambung saat ngobrol dan berakhir cringe atau awkward. Ini dikarenakan adanya perubahan keadaan antara kedua belah pihak. Kamu dan dia sama-sama berkembang, menjalani dunia masing-masing. Kalian mulai enggan saling berbicara dikarenakan situasi dan kondisi tertentu.
Sadar atau tidak sadar, kita mungkin pernah melakukan atau mengalami one-sided friendship. Bila dirasa berat sebelah, coba mulai berbicara dari hati ke hati. Mempertahankan suatu hubungan memang lebih sulit daripada membangunnya.
Rafarda Septiardhya