HUMBLEBRAG: CARA BARU UNTUK PAMER
Pernahkah kamu membaca sebuah kalimat yang berbunyi “Ya ampun, kulitku mulus banget, padahal gak pake produk perawatan wajah apapun” di sosial media? Atau kamu pernah mendengar temanmu mengatakan “Gak mungkin! Aku gak pernah belajar tapi nilai mata kuliahku A, kok bisa ya?” Kalau kamu pernah menemukan seseorang berkata demikian, maka bisa dikatakan ia terindikasi humblebrag. Lalu apakah humblebrag itu?
Humblebrag adalah istilah untuk seseorang menyombongkan sesuatu yang ada pada dirinya maupun pencapaiannya dengan cara “baik”. Ia mengatakan sesuatu yang sangat berlawanan dengan tujuan sebenarnya. Akhirnya, ia hanya ingin mendapatkan perhatian serta pujian dari orang lain namun terkesan rendah hati. Salah satu ciri paling mudah dikenali pada pelaku humblebrag yakni penggunaan kalimat yang sama dan berulang seakan merendahkan diri.
Humblebrag bisa ditemui dimana saja, entah di kehidupan realita maupun maya. Namun, seiring berkembangnya teknologi dan maraknya penggunaan sosial media, perilaku ini sangat mudah ditemukan. Banyak orang mengekspresikan dirinya maupun suasana hatinya melalui berbagai macam unggahan di sosial media. Maka dari itu, ketika seseorang mengunggah sesuatu untuk mencari perhatian semata, maka ia membungkus pamernya dengan keluhan.
Perilaku humblebrag sendiri ternyata memiliki beberapa bentuk.
- Humblebrag paling umum adalah ketika seseorang sangat menonjolkan pamernya yang dibungkus dengan keluhan. Salah satu contohnya yakni “Guys, aku capek banget. Baru aja selesai kerjaan di Prancis kemarin, dan sekarang harus pergi lagi ke Jerman, huhuhu.”
- Self-deprecating humblebrag adalah cara seseorang pamer namun dengan menghina diri sendiri. Kalimat yang digunakan biasanya kalimat candaan dan memiliki kesan sarkas, misal “Susah ya punya berat badan ideal seperti aku, jadi gak bisa makan banyak lagi.”
- Naive humblebrag adalah cara orang untuk pamer dengan berbicara apa adanya dan blak-blakan. Ia memberikan pernyataan seakan itu adalah hal biasa dan bukan suatu bentuk kesombongan. Kenyataannya justru sebaliknya. Salah satu bentuk kalimatnya seperti “Kulitku baik-baik saja tuh saat bermain di bawah terik matahari, dan aku gak pake losion merk apapun untuk melindungi kulitku.”
Lalu apa yang akan dilakukan oleh pelaku humblebrag apabila tidak memperoleh respon yang diharapkan? Ia akan tetap melakukan perilaku yang sama, dan bahkan lebih berusaha lagi demi mendapatkan perhatian. Hal ini merupakan kegiatan yang sia-sia. Pelaku humblebrag akan kurang dihargai oleh orang disekitar, bahkan ada yang sampai dibenci.
Humblebrag tidak membuat seseorang menjadi hebat di mata siapapun, karena di atas langit masih ada langit. Jalanilah hidup dengan sewajarnya. Hidup akan menjadi beban apabila tujuan utamanya hanya untuk mencari pengakuan. Ingat, setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Rafarda Septiardhya