Delusion of Grandeur: Aku (Bukan) Manusia Biasa

Lavanya Podcast
3 min readJul 15, 2021

Apakah kamu pernah menonton film yang mengangkat tema tentang manusia super? Kalau menurut film sih, mereka bisa muncul disebabkan oleh beberapa hal. Ada manusia yang sejak lahir sudah memiliki bakat untuk menjadi manusia super, lalu yang lain menggunakan injeksi, terkena paparan radiasi tertentu, hingga digigit oleh hewan. Namun, apakah mereka sejatinya ada di dunia? Tidak, seluruh film yang kita saksikan bermula dari komik. Semua itu fiksi. Meskipun demikian, ada manusia yang percaya bahwa dirinya memiliki kekuatan super. Salah satu perilaku tersebut masuk ke dalam kategori delusion of grandeur.

Photo by Josh Hild on Unsplash

Delusion of grandeur merupakan kepercayaan palsu yang diyakini oleh seseorang bahwa dirinya memiliki keagungan, superioritas, atau inteligensi tertentu. Orang yang memiliki delusi ini memiliki tingkat kepercayaan diri tinggi. Saking tingginya hingga ia percaya akan kebesaran yang dimiliki. Ia juga menganggap dirinya adalah sosok penting. Misalnya seseorang yakin bahwa dia ditakdirkan untuk menjadi pemimpin dunia. Padahal, ia tidak mempunyai pengalaman kepemimpinan. Selain itu, seseorang yang memiliki delusion of grandeur gigih dalam meyakinkan dirinya sendiri maupun orang lain kalau dia benar-benar “berbeda” daripada manusia pada umumnya.

Delusion of grandeur memiliki empat tipe. Pertama, ia yakin apa yang dipercayai adalah benar dan nyata, meskipun kepercayaan tersebut menyalahi norma dan orang lain tahu itu tidak benar. Kedua, ia tidak akan mendengarkan sudut pandang lain terkait kepercayaannya dan tidak akan mengubahnya walaupun ada bukti yang menentang kepercayaan itu. Ketiga, isi delusi yang diyakini adalah suatu kemustahilan atau tidak logis. Keempat, delusi berdampak pada keseharian si penderita.

Delusi ini juga diketahui memiliki beragam bentuk, yakni sebagai berikut.

Memiliki sesuatu yang spesial. Sesuatu ini bisa berupa bakat, objek, atau kekuatan tertentu yang belum tentu orang lain tahu atau punya. Contohnya seseorang memiliki skor IQ diatas skor Albert Einstein, mempunyai nomor telepon Brad Pitt, atau bisa membaca pikiran manusia atau mengeluarkan cakar besi layaknya manusia mutan di film X-Men.

Merupakan seseorang yang terkenal. Ia beranggapan dirinya adalah orang terkenal. Ia justru menunjuk orang yang sebenarnya terkenal adalah seorang penipu. Ia bisa mengatakan bahwa selama ini Tom Cruise adalah seorang artis penipu, namun tidak dengan dirinya.

Mempunyai koneksi rahasia. Delusi ini menggambarkan orang percaya memiliki suatu hubungan rahasia dengan seseorang atau sesuatu yang penting. Ia melihat dirinya sebagai seorang mata-mata suatu institusi negara ala James Bond atau pembawa pesan untuk pemimpin dunia.

Keagungan agama. Seseorang yang memiliki delusi akan keagungan agama percaya bahwa ia adalah suatu pemimpin agama tertentu. Ia merasa mampu membimbing suatu kaum layaknya nabi atau menjadi seorang penyelamat dunia seperti mesiah.

Bagaimana delusion of grandeur bisa muncul? Biasanya salah satu anggota keluarga memilik riwayat penyakit mental dan mewariskannya ke generasi selanjutnya. Adanya ketidakseimbangan cairan kimia otak juga menjadi salah satu pemicunya. Faktor lain yaitu si penderita merasa stres, menyalahgunakan narkoba, atau kurangnya hubungan sosial.

Tidak sedikit manusia membayangkan dirinya memiliki kekuatan super. Apalagi dengan maraknya film-flm superhero ala The Avengers atau Justice League. Boleh berimajinasi, kok. Tapi ingat, kita tetap harus kembali ke dunia realita.

Rafarda Septiardhya

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Lavanya Podcast
Lavanya Podcast

Written by Lavanya Podcast

Started from a podcast and expanding to written sharing platform. Always believe in people power and our slogan “Love, Respect, Believe”.

No responses yet

Write a response