Berbohong Demi “Kebaikan”
Perilaku berbohong bisa dilakukan oleh semua orang kepada siapapun, dimanapun dan dengan alasan yang bermacam-macam. Misalnya kamu diajak oleh teman kuliahmu untuk makan bersama di luar. Kamu menolak ajakannya dan mengaku sedang dikejar deadline. Padahal, kamu sudah menyelesaikan tugas-tugasmu dan hanya rebahan di kos. Alasan sebenarnya dibalik penolakanmu adalah kamu memang tidak ingin makan bersamanya. Kamu berbohong seperti itu karena tidak ingin menyakiti perasaan temanmu. Contoh lainnya yakni ada seseorang yang mengajakmu kencan, namun kamu beralasan ada keperluan mendadak. Itu berarti kamu tidak ingin berkencan dengannya. Perilaku-perilaku demikian termasuk kedalam tipe kebohongan yang dikenal sebagai white lie.
White lie didefinisikan sebagai suatu kebohongan akan hal-hal kecil atau tidak penting yang dikatakan oleh seseorang demi menghindari menyakiti perasaan orang lain. Kenapa menggunakan kata white atau putih? Putih sendiri bermakna kebaikan atau kemurnian. Dengan penggunaan kata white, maka istilah white lie sendiri menjadikan perilaku berbohong tampak “lebih baik”. Ini karena white lie memungkinkan seseorang mengutarakan kebohongan dengan “lebih nyaman” daripada menyatakan yang sebenarnya. Caranya yakni seperti menyensor atau merekonstruksi ulang kebohongan agar bisa diterima oleh yang lain.
Ada empat alasan utama mengapa seseorang melakukan white lie. Pertama adalah kebijaksanaan. Orang mengatakan white lie untuk menjaga kesopanan dan perasaan orang lain. Alih-alih menyatakan masakan temanmu yang kurang enak, kamu memperlihatkan dirimu menikmatinya di setiap suapan. Kedua yakni menutupi atau melindungi diri. Dalam hal ini, white lie diutarakan demi melindungimu dari kesan rapuh. Jika seseorang menanyakan kabar hubunganmu dengan pacarmu, maka kamu menyatakan bahwa kalian sudah berpisah secara baik-baik. Realitanya kamu berusaha menutupi perasaan sakit hatimu dari pacarmu yang berselingkuh. Ketiga adalah segan akan kekuasaan yang lebih tinggi. Orang cenderung melakukan white lie kepada yang lebih berkuasa agar tetap terlihat patuh. Misal seorang karyawan mungkin memberi tahu atasannya bahwa ia suka bekerja hingga lembur. Dibalik itu, si karyawan tidak suka lembur dan tentu membutuhkan istirahat. Keempat yakni keharmonisan. White lie dipercaya mampu membantu orang untuk menghindari konflik dan menjaga suatu hubungan. Seorang suami atau istri yang berpura-pura romantis kepada pasangannya agar pernikahan mereka tidak kandas di perceraian.
White lie sering dilihat sebagai sesuatu yang dapat diterima secara sosial dan tidak berbahaya atas dasar kesopanan dan menghindari rasa malu. Perlu diingat, seputih apapun suatu kebohongan, ia tetaplah kebohongan. Perilaku atau ucapan kasih sayang dari si pembohong bisa dipandang sebuah pengkhianatan oleh orang yang dibohongi. Apapun itu bentuk kebohongannya, pada akhirnya tidak akan berakhir baik-baik saja.
Rafarda Septiardhya